Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, yang diwakili oleh Kepala Bappeda Manggarai Barat, mengikuti kegiatan kick off Program Urban Future Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada hari Senin, 18 Desember 2023. Acara ini menjadi pertanda resminya pelaksanaan program Urban Future di 2 wilayah di Indonesia, yaitu Kota bandung dan Manggarai Barat. Acara ini juga diikuti oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Manggarai Barat dan perwakilan Dina Ketahanan Pangan dan Perikanan Manggarai Barat.
Di Indonesia, program Urban futures diimplementasikan di Bandung (Jawa Barat) dan Manggarai Barat (Nusa Tenggara Timur). Masing-masing kota dipilih karena kontribusinya yang unik terhadap gerakan orang muda Indonesia dan sistem pangan yang lebih luas di Indonesia. Manggarai Barat dipilih karena merupakan suatu destinasi pariwisata super prioritas yang juga tidak luput dari isu ketahanan dan ketersediaan pangan, termasuk didalamnya bagaimana mengurangi ketergantungan terhadap makanan dari luar. Selain itu, isu melemahnya keanekaragaman pangan local dan meningkatnya ketergantungan terhadap beras sebagai bahan makanan pokok juga menjadi salah satu hal yang menjadi alas an kenapa Manggarai Barat dipilih untuk program ini. Dan yang terakhir adalah keterlibatan orang muda sebagai actor dalam sektor pangan, dimana orang muda Manggara Barat memiliki peran yang masih kurang dalam sektor pangan local.
Urban futures (UF) adalah program global berdurasi 5 (lima) tahun (2023–2027) yang memadukan sistem pangan perkotaan, partisipasi kaum muda yang bermakna, dan aksi iklim. Program ini didanai oleh Fondation Botnar dan dikelola oleh Hivos, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial (Humanis), RUAF Global Partnership on Sustainable Urban Agriculture and Food Systems (RUAF-CIC), serta mitra, jejaring, dan pakar lokal. Urban futures akan beroperasi di 10 kota di Kolombia (Cali dan Medellin), Ekuador (Manabi dan Quito), Indonesia (Bandung dan Manggarai Barat), Zambia (Chongwe dan Kitwe), dan Zimbabwe (Bulawayo dan Mutare). Kota-kota perantara ini memiliki ukuran yang bervariasi namun memiliki kesamaan, yaitu berkembang dengan pesat, menghubungkan wilayah metropolitan dan pedesaan atau kelompok kota yang berbeda di dalam suatu sistem perkotaan, dan mengelola arus orang, barang, modal, informasi, dan pengetahuan. Masing-masing kota ini memiliki tantangan dan peluang yang berbeda.
UF menggunakan pendekatan sistem pangan wilayah kota yang inovatif dan inklusif, dengan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan/multi-aktor, untuk meningkatkan akses terhadap pangan yang berkelanjutan, beragam, dan bergizi, serta memastikan ketahanan pangan. UF mendukung mitra dan inovator lokal, terutama orang muda, dalam membangun sistem pangan perkotaan yang lebih inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim, di mana orang muda (dari berbagai kelompok usia antara 15 dan 35 tahun) berkolaborasi untuk menyuarakan prioritas mereka, mendorong peningkatan kebijakan, dan memanfaatkan peluang di sektor pangan. Untuk mencapai hal ini, UF akan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan inovasi lokal; UF akan membangun budaya inklusif yang mendengarkan mitra serta mendukung fleksibilitas, pembelajaran, dan manajemen yang adaptif.
Program Urban futures akan berfokus pada tiga tujuan utama:
1. Mempengaruhi dan mendukung pengembangan dan implementasi kebijakan pangan perkotaan yang transformatif melalui forum multi-pemangku kepentingan dan gerakan orang muda;
2. Membentuk narasi baru yang menata ulang kota yang inklusif dan berketahanan iklim sehingga menginspirasi perubahan perilaku dan pola konsumsi;
3. Memungkinkan wirausaha muda di bidang pangan berkelanjutan untuk berkembang dan meningkatkan aliran keuangan ke kota-kota yang inklusif danberketahanan iklim.
Sebagai koordinator dan pengelola program di Indonesia, Yayasan Humanis dan Inovasi Sosial akan melibatkan para mitra dan inovator–terutama orang muda– menyalurkan sumber daya dan memberikan dukungan, melalui bantuan teknis, peningkatan kapasitas, serta memimpin proses menghubungkan untuk berbagi dan belajar (linking and learning), advokasi, dan komunikasi.