Bappeda Manggarai Barat mengikuti kegiatan Sosialisasi Forum Komunikasi Puskesmas Dan Puskeswan Di Kabupaten Manggarai Barat yang bertempat di Hotel Jayakarta pada Jumat, 14 Juli 2023. Kegiatan ini difasilitasi oleh AIHSP, sebuah institusi foreign aid dari Pemerintah Australia.
Penyebaran penyakit menular rabies di wilayah NTT, kini kian meresahkan. Sejumlah kabupaten bahkan sudah ditetapkan sebagai zona merah. Merespon hal itu, wakil Bupati Manggarai Barat, dr. Yulianus Weng, mendesak kepala OPD terkait, para Camat, Kepala Desa, Kepala Puskesmas dan Kepala Puskeswan di wilayah Manggarai Barat untuk tidak pasif.
Desakan ini disampaikan Wabup Yulianus dalam sambutannya saat membuka kegiatan ‘Sosialisasi Forum Komunikasi Antara Puskesmas dan Puskeswan di Kabupaten Manggarai Barat’, yang berlangsung di Ballroom Jayakarta Hotel, Labuan Bajo, Jum’at (11/07/2023).
“Agar pelaksanaan program kita ke depan dapat berjalan dengan baik, khususnya di sektor kesehatan manusia dan hewan, maka saya mohon perhatian bapap ibu sekalian, para Camat, Kepala Desa, Kepala Puskesmas dan Kepala Puskeswan, harus terlibat secara aktif dalam semua program di lapangan. Jangan pasif karena merasa program ini tidak ada kaitanya dengan tupoksi bapa ibu sekalian,” tegas Wabup Yulianus dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala BAPPEDA Kab. Manggara Barat, Petrus Antonius Rasyid.
Selain itu, agar aksi nyata di lapangan dapat berjalan dengan maksimal, maka Wabup Yulianus menekankan tentang pentingnya koordinasi. Hindari ego sektoral. Sebab ego sektoral itu akan menghambat penyelesaian pekerjaan di lapangan.
Para kepala OPD terkait, para Camat, para Kepala Desa dan Kepala Puskesmas dan Puskeswan, lanjut Wabup Yulianus, harus lebih peka dalam melihat kejadian-kejadian yang terkait dengan aspek kesehatan manusia maupun hewan yang membutuhkan respon yang cepat dan tepat.
“Respon yang lambat akan berdampak sangat buruk, bahkan bisa mengorbankan jiwa manusia. Kita harus bertindak cepat sebelum jatuhnya korban jiwa,” tegas Wabup Yulianus.
Penegasan yang sama juga disampaikan oleh drh. Ant Hukmi, Kepala Sub Koordinator Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan pada Direktorat Keswan Kementerian Pertanian.
Dalam arahannya yang hadir secara online, Hukmi memberi penegasan tentang dampak yang sangat buruk dari keteledoran penanganan di lini lapangan, yakni kematian pada manusia.
Untuk menghindari dampak yang sangat buruk itu, Hukmi menekankan tentang pentingnya langkah preventif, yang salah satunya dilakukan melalui edukasi kepada masyarakat.
Sementara itu, dr. Imran Pambudi, Ketua Tim Kerja Zoonosis, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Kementerian Kesehatan RI, dalam arahanya yang juga disampaikan secara online, menekankan tetang perlunya pendekatan one healt dalam membatasi ruang gerak penyakit yang menyerang manusia dan hewan.
“Pendekatan one health saat ini sudah diterapkan di level nasional. Saya berharap, di level daerah juga dapat diterapkan. Sebab soal kesehatan itu bukan hanya urusan orang kesehatan saja. Ini urusan bersama yang butuh koordinasi, kolaborasi dan konsolidasi,” tegas Pambudi.
Pendekatan one health, kata Pambudi, sangat penting diterapkan di Manggarai Barat, mengingat Labuan Bajo sebagai daerah tujuan wisata. Jangan sampai karena penyebaran penyakit rabies yang tidak terkendali, citra pariwisata Labuan Bajo menjadi rusak.
Kegiatan sosialisasi ini difasilitasi AIHP (Australia Indonesia Health Security Partnership), sebuah NGO yang merupakan kemitraan pemerintah Australia dan pemerintah Indionesia untuk menguatkan system ketahanan kesehatan yang menggunakan pendekatan one health.
Andrew Prasetya Japri, Manager Program Teknis AIHSP menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini bertujuan agar pemerintah memiliki system yang lebih kuat dalam mencegah, mendeteksi dan merespon kedaruratan kesehatan masyarakat dan hewan serta pemerintah memiliki koordinasi nasional yang lebih kuat dalam merespon ancaman kesehatan nasional, regional dan global.