Badan Perencanaan Pembangunan Manggarai Barat, pada Jumat 19 April 2024, bertempat di Hotel Zasgo Labuan Bajo mengadakan kegiatan Diseminasi Kajian Proyeksi Dan Risiko Iklim Kabupaten Manggarai Barat. Kegiatan ini didukung oleh program PEKA-IKLIM yang dilaksanakan oleh Yayasan Bina Karta Lestari (BINTARI).
Kegiatan diseminasi ini bertujuan untuk memberikan informasi yang terkait dengan hasil analisis kajian proyeksi dan resiko iklim Kabupaten Manggarai Barat yang sudah dikerjakan sebelumnya oleh tim perumus dengan pendampingan dari Tim Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dalam sambutan pembukaan Sekretaris Daerah yang dibacakan oleh Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Manggarai Barat, Aloysius Lahi, S.IP, pemerintah daerah sangat mengapresiasi penyusunan kajian ini. “Kajian ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam proses perencanaan pembangunan daerah karena kajian ini memberikan data dan informasi mengenai
pemetaan wilayah berdasarkan kerentanan, tingkat keterpaparan serta kapasitas adaptasi suatu wilayah terhadap bahaya dan resiko iklim. Hal ini juga sangat membantu daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan apa yang cocok untuk wilayah-wilayah tersebut”, lanjut Asisten Administrasi Umum.
Selain itu, kegiatan ini diisi juga dengan pemaparan hasil kerja tim oleh tim konsultan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan peserta OPD. Pemaparan oleh tim konsultan Institut Pertanian Bogor (IPB) lebih berfokus pada kondisi iklim historis dan proyeksinya di Kabupaten Manggarai Barat. Dalam pemaparannya tim menyampaikan bahwa Manggarai Barat secara historis telah mengalami dampak dari pengaruh variabilitas dan perubahan iklim. Secara umum, variabilitas atau anomal curah hujannya dipengaruhi oleh fenomena ENSO pada saat El Nino dan La Nina. El Nino menyebabkan curah hujan lebih rendah dari biasanya, sehingga dapat menyebabkan bencana kekeringan. Sedangkan pada saat La Nina, hujan turun dengan frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi dari biasanya sehingga memicu terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor.
Sementara berdasarkan proyeksi iklim masa depan dengan menggunakan multi model ensemble dari data GCM CMIP6 pada empat scenario SSP, ancaman perubahan iklim diproyeksikan akan terus berlanjut dan semakin meningkat, khususnya berkaitan dengan curah hujan ekstrim, baik ekstrim kering maupun ekstrim basah.
Dalam pemaparan oleh tim OPD yang disampaikan oleh Bapak Risal, dipaparkan bahwa kajian ini berhasil merumuskan 14 temuan hasil kajian yang diperoleh setelah menganalisis data dan informasi yang tersedia. Selain 14 temuan hasil kerja tersebut, kajian ini juga berhasil merumuskan beberapa rekomendasi tingkat lanjut antara lain, pertama, merumuskan bentuk atau program aksi adaptasi berdasarkan hasil analisis kerentanan. Bentuk aksi adaptasi yang baik adalah bentuk aksi adaptasi yang dapat menurunkan tingkat kerentanan desa yang terjadi pada saat sekarang dan mengantisipasi kemungkinan peningkatan kerentanan di masa depan. Kedua, untuk memilih lokasi aksi adaptasi berdasarkan hasil kajian risiko. Lokasi aksi adaptasi utama yang dipilih adalah yang berisiko paling tinggi dan selanjutnya secara berjenjang pilihan lokasi tersebut turun ke tingkat risiko yang lebih rendah dan ketiga adalah melakukan sinkronisasi Program Aksi Adaptasi Kedalam Dokumen Pembangunan Nasional atau Daerah.
Acara ini juga diisi dengan seremonial penyerahan draft laporan kajian proyeksi dan resiko iklim Kabupaten Manggarai Barat dari Yayasan Bintari kepada pemerintah kabupaten yang diterima oleh Asisten Administrasi Umum Setda Kabupaten Manggarai Barat, Aloysius Lahi, S.IP.
Kegiatan ini dihadiri unsur perangkat daerah lingkup pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, para Camat se Kabupaten Manggarai Barat, Kepala Desa Repi dan Warloka Pesisir, Politeknik El Bajo Commodus, intansi vertical, para pegiat pariwisata dan juga beberapa mitra pembangunan lainnya.