Pada hari Kamis 16 Mei 2024, bertempat di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Manggarai Barat, dilaksanakan kegiatan Stakeholders Meeting dalam rangka pengembangan sustainable livelihood pada sektor perikanan dan pariwisata. Kegiatan ini didukung penuh oleh WWF Indonesia-Labuan Bajo.
Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk beberapa hal. Pertama, Melaksanakan Sharing Knowledge dan Technical Meeting sebagai upaya penguatan kelembagaan koperasi/kelompok masyarakat nelayan tangkap, pengolah sampah plastik dan Community Based Tourism di Manggarai Barat. Kedua, Melaksanakan Training / Pelatihan bisnis kewirausahaan termasuk didalamnya Financial dan Digital Literacy kepada masyarakat nelayan tangkap, pengolah sampah plastik dan CBT diawali dengan Gap Asessment terlebih dahulu untuk menentukan tingkatan materi yang akan diberikan (Level Basic, Level Intermediate, Level Advance). Ketiga, melaksanakan observasi kondisi struktur komunitas, market chain, dan peluang pengembangan
usaha koperasi / kelompok masyarakat di Manggarai Barat, disertai dengan penyusunan business
plan.
Yayasan WWF Indonesia berupaya dalam mendorong perikanan yang berkelanjutan melalui
Pengembangan Sustainable Livelihood pada kelompok Nelayan Tangkap, Pengolah Sampah Plastik dan CBT di Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten Manggarai Barat terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Daerah ini memiliki potensi alam yang besar, terutama dalam sektor perikanan, pariwisata, dan manajemen sampah. Namun, masyarakat di daerah ini masih menghadapi tantangan dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. Nelayan tangkap di Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu kelompok utama yang bergantung pada hasil laut sebagai sumber penghasilan utama. Namun, mereka menghadapi berbagai masalah seperti penurunan stok ikan, perlakuan yang tidak adil dalam rantai pasok, serta kurangnya akses terhadap pasar yang menguntungkan. Potensi pariwisata di Manggarai Barat belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. CBT menawarkan model pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat dalam manajemen dan pemasaran destinasi wisata. Namun, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dan memperluas manfaat ekonomi dari pariwisata.Masalah sampah plastik menjadi salah satu isu lingkungan yang mendesak di banyak daerah, termasuk Manggarai Barat. Kelompok pengolah sampah plastik dapat berperan dalam mengurangi dampak negatif sampah plastik dengan melakukan daur ulang dan pengolahan kembali sampah plastik menjadi produk bernilai ekonomi. Di tengah tantangan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok ini, pendekatan berkelanjutan menjadi kunci untuk meningkatkan kesejahteraan dan melindungi lingkungan. Pembangunan sustainable livelihood atau mata pencaharian berkelanjutan memungkinkan kelompok-kelompok ini untuk mengelola sumber daya secara efisien, meningkatkan pendapatan, dan merawat lingkungan sekitar. Sebelum menyusun rencana bisnis, penting untuk mengidentifikasi data baseline yang mencakup kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini dari masing-masing kelompok. Data ini mencakup hal-hal seperti jumlah nelayan, produksi perikanan, kapasitas penerimaan wisatawan, jumlah sampah plastik yang dihasilkan, serta infrastruktur dan sumber daya yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukannya diskusi antar stakeholder untuk bisa saling koordinasi.
Kegiatan ini diikuti oleh beberapa stakeholder terkait antara lain Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas PMD, Kepala Bagian Ekonomi, Badan Riset dan Inovasi Daerah, unsur Bappeda, penyuluh perikanan dan Balai Karantina.